






Sir Dr. Harry Darsono PhD merupakan seorang perancang busana ternama kelahiran Mojokreto, 15 Maret 1952 yang piawai melukis diatas kanvas maupun kain sutra, merancang berbagai desain kostum panggung, karya tenun, dan mampu menghasilkan sulaman dekoratif serta kontemporer. Harry Darsono juga dikenal ahli dalam bermain piano. Dari sekian banyak perancang di Indonesia, Harry Darsono mempunyai keahlian tersendiri, ia lah yang mempopulerkan istilah adi busana pada tahun 1970 an.
Kariernya sebagai desainer dimulai ketika menempuh pendidikan di Paris Academy of Fashion. Kemudian ia melanjutkan ke Fashion Merchandising & Clothing Technology di London College of Fashion, Inggris pada tahun 1972. Harry lalu mengejar gelar Phd nya di Psychology di Christchurch College, Oxford, Inggris.
Pada tahun 1970-an, pria kelahiran 15 Maret 1952 ini bekerja di berbagai rumah mode ternama di Paris dan sempat bekerja sebagai instruktur di kampusnya, Paris Academy of Fashion. Ia membuat kostum panggung untuk pertunjukkan kelas dunia, seperti Julius Caesar yang dipanggungkan di beberapa negara selama belasan tahun, hingga pertunjukan terkenal seperti Madame Butterfly karya Puccini, serta karya-karya William Shakespeare antara lain Halmet dan Othello, King Lear dan Romeo & Juliet. Matang akan pengalaman, Harry mulai membangun karirnya di Indonesia dan mendirikan rumah modenya sendiri.
Selain sibuk sebagai perancang busana, Harry Darsono juga aktif dalam dunia pendidikan seni dan desain, psikologi kewirausahawan, bahkan konsultan untuk berbagai perusahaan. Ia pun tercatat pernah menjadi Pengajar Etika dan Estetika Busana Muslim Fatayat NU tahun 1976 hingga 1978 serta menjadi konsultan mode dan penasihat rancangan tahun 1982 hingga sekarang. Kini untuk pertama kalinya Harry Darsono berkesempatan menjadi salah satu juri penentu Miss Indonesia 2020 demi menemukan yang terbaik dari yang terbaik diantara 34 finalis.

Tahun 2020 merupakan kali keempat Maria Harfanti dipercaya kembali untuk menjadi salah satu penentu wanita Indonesia terbaik diantara 34 finalis 2020.
Sebelum menjadi dewan juri, wanita kelahiran 20 Januari 1992 ini berhasil mengharumkan nama Indonesia lewat ajang Miss World 2015 yang digelar di Sanya, Tiongkok tahun 2015.
Maria terpilih sebagai juara ketiga sekaligus Miss World Asia pertama dari Indonesia dan juara fast track beauty with a purpose dengan proyek pembuatan program penyediaan toilet dan sanitasi air bersih bagi warga di Desa Kamancing, Pandeglang, Jawa Barat.
Keberhasilan Maria membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki wanita-wanita yang berkualitas dan mampu bersaing di kancah internasional.
Setelah melepas mahkota Miss Indonesia yang disandangnya selama satu tahun kepada penerusnya, Ia disibukkan dengan berbagai kegiatan di dunia sosial.
Cintanya pada dunia sosial juga mendorongnya untuk membentuk yayasan berbasis pendidikan bernama Yayasan Bangun Sekolah Indonesia. Yayasan yang berdiri sejak tahun 2018 ini berfokus pada renovasi sekolah-sekolah di daerah tertinggal serta peningkatan kapasitas guru dan siswa.

Tahun ini Natasha Mannuela kembali terpilih menjadi juri yang berperan untuk menentukan penerus dari Princess Megonondo Miss Indonesia 2019 sebagai Miss Indonesia 2020. Wanita bernama lengkap Natasha Mannuela Halim ini merupakan pemenang Miss Indonesia 2016 yang merupakan perwakilan dari Bangka Belitung. Berkat raihannya tersebut, Natasha mewakili Indonesia di ajang Miss World 2016 dan berhasil mengharumkan nama Indonesia setelah sukses menjadi Runner-up 2 Miss World 2016 dan Miss World Asia 2016, dan meraih juara dalam kategori challenge events Beauty with a Purpose, serta juara dua dalam Top Model event.
Tidak hanya itu, sebagai pemenang Beauty with a Purpose dan Miss World Asia 2016, Acha juga sempat menerima undangan untuk mengikuti misi sosial bersama Miss World 2016, Stephanie Del Valle dan Organisasi Miss World.
Salah satunya yaitu pada September 2017, Acha bertolak ke Filipina untuk menghadiri undangan misi sosial Miss World, dimana Organisasi Miss World mengunjungi Rumah Sakit Filipina serta Tuloy Foundation. Selain itiu, Acha juga turut menghadiri acara penobatan Miss World Phillipines 2017, dimana Acha mendapat kesempatan untuk menyematkan mahkota kepada Winwyn Marquez yang terpilih sebagai Reina Hispanoamericana Filipinas 2017.

Siapa yang tak mengenal pria asal Manado ini terutama dalam dunia penataan rambut. Pria yang memiliki nama lengkap Peter Frits Saerang, awalnya menyalurkan kegemarannya di bidang tata rambut dan rias wajah kepada saudara Serta teman2 nya dan memperoleh respon positif, kemudia beliau melanjutkan sekolah ke Jakarta untuk mengetahui lebih lagi mengenai penataan rambut.
Tidak berhenti disana, keinginan beliau untuk mengetahui mengenai penataan rambut yg lebih dalam lagi, membawanya untuk melanjutkan ke London,Paris dan Bangkok . Khusus di Paris beliau belajar sebagai private student dari Alexandre de Paris dan menjadi guest student di LO’real hair studio,
Berbagai penghargaan pun beliau peroleh di bidang Make Up Artist-and Hairdresser, salah satu prestasi yang beliau peroleh yaitu juara pertama di Hair Cutting se-Asia Pasifik di Hongkong pada tahun 1979. Setelah prestasi-prestasi yang diperoleh akhirnya beliau mewujudkan impiannya dengan membuka gerai salon sendiri dengan nama Peter F. Saerang Salon dan pada tahun 1984 beliau mendirikan Yayasan cipta lestari yang bergerak dibidang sosial. Sampai saat ini beliau mengelolah bebeapa salon yang tersebar di Ibukota Jakarta, dan kini beliau juga mengembangkan bakatnya dengan membuat kosmetik kecantikan miliknya sendiri.
Tahun 2020 sudah kesembilan kalinya Peter F. Saerang dipercaya kembali untuk menjadi salah satu penentu wanita Indonesia mana yang terbaik diantara 34 finalis 2020. Selain itu juga beliau ingin memberikan komitmen berjuang tanpa menyerah kepada ke-34 finalis agar siapapun yang nantinya akan dipilih untuk berkompetisi kembali di ajang Miss World 2020 dapat menjadi wanita yang kuat dan berkualitas.

Di ajang Miss Indonesia 2020, aktor berbakat yang sudah tidak diragukan lagi dalam dunia entertaiment ini kembali menjadi salah satu jajaran dewan juri. Ini merupakan tahun ke-12 Ferry Salim dipercaya oleh Yayasan Miss Indonesia untuk menjadi dewan juri Miss Indonesia. Kehadirannya di jajaran dewan juri sejak 2008 semakin memperkaya dan mempertajam penilaian serta banyak memberikan masukan untuk para finalis khususnya dari sudut pandang entertainment.
Pria kelahiran 8 Januari 1967 ini memulai kariernya sebagai model profesional sejak duduk di bangku SMA. Selain berbakat di dunia modelling, pria yang memiliki gelar Sarjana Ekonomi dan juga lulusan dari Art Institute of Seattle, USA ini piawai dalam dunia seni peran. Ia sudah bermain diberbagai judul film dan sinetron. Ca Bau Kan adalah film yang membawanya masuk menjadi nomine di Asia Pacific Film Festival 2003 dan predikat aktor terfavorit dalam Bali International Film Festival 2004.
Kini Ia juga merambah dunia bisnis, dan saat ini sedang sibuk memasarkan produk Samkim skincare & cosmetics disamping segudang kegiatannya menjadi Duta UNICEF untuk Indonesia dan juga sibuk menjadi host diberbagai acara.

Liliana Tanoesoedibjo sebagai Chairwoman of Miss Indonesia Organization sekaligus Ketua Dewan Juri Miss Indonesia 2020, menjadi sosok yang tak lepas dari keberhasilan penyelenggaraan Miss Indonesia tiap tahunnya. Wanita yang lahir di Surabaya, 15 Maret 1967 ini selalu optimis bahwa wanita-wanita Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk bersaing dan menggapai prestasi di ajang Internasional.
Di tengah kesibukannya sebagai Executive Chairwoman MNC Group, wanita yang beberapa kali menjadi juri di ajang Miss World ini juga tidak melupakan perannya menjadi seorang ibu yang baik bagi 4 putri 1 putra serta menjadi grandma dari 2 cucu yang lucu, dan tentunya menjadi sosok penting sebagai seorang Istri di balik kesuksesan Executive Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo.
Kontribusi Liliana Tanoesoedibjo di bidang sosial kemasyarakatan pun tak Ia lupakan sebagai bentuk kepeduliannya terhadap kemanusiaan dan kemajuan bangsa. Ia tercatat sebagai pembina MNC Peduli dan Jalinan Kasih yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial.
Ia memiliki latar belakang pendidikan di bidang Fashion & Beauty di Ottawa, Canada dari tahun 1986 hingga 1989 yang terdiri dari Diploma Merchandising ICS Canadian Limited, Diploma Fashion Designer L’Academie des Couturiers Canadians Ottawa Canada, Diploma Professional Cosmetician Versailles Academy of e makeup Art & Esthetics & Diploma Professional Neil Technician Versailles Academy of makeup Art & Esthetics.